Jumat, 28 Maret 2008

Kreativitas

Mading adalah sebagian dari kreativitasku...

“Aku selalu di takdirkan untuk menjadi seseorang yang mungkin bisa dibilang selalu menderita. Sosok ayah yang terlampau sangat berwibawa dan sempurna dimataku telah kembali kepada-Nya pada umurku di 11 tahun. Jadi, aku hanya dapat merasakan kasih sayang sosok seorang ayah hanya selama 11 tahun di dunia yang indah ini. Seolah-olah, dunia ini terasa hampa tanpa kasih sayang dan tanggung jawabnya lagi...

Sementara orang lain masih merasakan kebahagiaan yang tidak aku rasakan lagi saat ini…”

Pikirku…

Namun setelah aku beranjak menjadi seorang remaja, aku mulai berfikir kedepan (toh semua makhluknya pasti akan kembali kepadanya kapan pun itu). Lagi pula, Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan makhluknya. Walau pun kesedihan itu masih ada hingga sekarang, aku harus tetap menjadi seseorang yang tangguh!. Yang bisa membuat bangga orang-orang yang ada disekelilingku (ibu dan adik). Aku anggap cobaan itu adalah ujian yang diberikan sang maha pencipta untuk hamba yang sangat disayanginya.

Masa SMA pun tidak terasa datang begitu saja, aku pun mulai hidup seperti orang-orang biasanya. Aku mulai bangkit untuk menambah prestasiku dalam bidang akademik. Hingga akupun pernah mendapat peringkat kedua pada tryout UN yang di adakan untuk satu kota tersebut. Hingga suatu saat aku pun terpilih sebagai sie. Kesenian OSIS dari salah satu sebuah sekolah islam berasrama (Islamic boarding school) yang ada di kota Cirebon (mungkin karena orang-orang melihat kekreatifan yang mengalir dalam darahku. Mungkin juga karena pada setiap susunan kepanitiaan suatu acara, aku selalu ditugaskan untuk menjadi sie. Dekorasi dan aku selalu melaksanakan tugas itu dengan sebaik mungkin walaupun aku sakit).

Aku pun mulai mengeluarkan gagasan-gagasan kreatifku dalam kesenian-kesenian yang ada. “aku suka membuat madding”. Dengan namaku yang tertera dalam kepengurusan OSIS, aku mulai mempunyai keputusan untuk membentuk sebuah tim madding bersama teman-teman yang selalu ada disisiku. Membuat madding adalah hal yang sangat menyenangkan dan tentu tidak membosankan menurutku. Banyak manfaat yang bisa didapatkan dalam membuat madding, seperti tanggung jawab, kreatifitas, rasa setia kawan, rasa menghargai waktu, menghargai karya-karya orang lain, dan banyak hal yang lainnya. Kami biasa mengerjakan madding pada pukul 22.00-01.00 (karena waktu-waktu sore sampai jam 21.00 kami bisa habis hanya karena program bimbingan belajar yang diberikan dan diharuskan dari sekolah). Dan aku pun selalu merasa puas jika sudah melihat madding yang kami buat bersama itu di pajang di tempat yang disediakan khusus untuk madding. Tidak selesai-selesai kami melihatnya. Berdecak kagum pada keindahan isi dan teksture tubuh madding yang selalu kami buat bersama. Hingga aku pun berfikir, “hampanya hidupku tanpa madding”.

Selasa, 18 Maret 2008

Masa Remajaku

Remaja merupakan sebuah sebutan dimana terjadinya frase diantara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa remaja ini umum/normalnya terjadi pada anak usia sekitar 17-20 tahun. Dimana ia mulai merasakan konflik dalam dirinya. Ia mulai kehilangan identitas dirinya yaitu kesulitannya untuk menerima kondisi ataupun keadaan fisiknya maupun memanfaatkan kondisi fisiknya.
Tidak memungkiri, saya pun pernah merasakan konflik-konflik pada masa remaja. Bahkan mungkin bisa dibilang bahwa sekarang pun saya masih merasakan suka duka dalam masa remaja ini. Pada masa ini, ada kalanya saya merasakan suka duka menjadi seorang remaja yang merekah pada waktunya. Masa suka, masa di saat saya merasakan indahnya hidup dalam kebebasan selayaknya semua remaja yang tidak ingin hidupnya terkekang oleh aturan-aturan yang dapat mengurung dirinya. Dalam artian, kebebasan yang masih bisa dirasakan pada saat remaja. Pada saat remaja pula, saya belajar untuk merasakan rasa untuk mengasihi orang lain. Untuk menyesuaikan diri dengan segala keadaan yang ada.
Dukanya,

Kamis, 06 Maret 2008

Perkembangan Remaja

Memahami Perkembangan Kita

Orang bilang, masa remaja itu masa yang paling indah, ekspresif, produktif. Tapi, kita juga dibilang sok tau, seenaknya, dan kurang bisa menghormati orang dewasa. Jadi, kita sebenarnya gimana, sih?

Ada berbagai aspek perkembangan yang kita alami, antara lain berkaitan dengan aspek sosial, emosional, konsep diri, heteroseksual dan kognitif. Yuk kita bahas satu-satu.

Perkembangan sosial

Semula kita memang bertingkah laku sebagai anak-anak, ketika kita dalam tahap usia anak-anak, kemudian menjadi remaja lalu serta-merta orang dewasa memosisikan kita bisa berperilaku dewasa, menyesuaikan diri dengan peran-peran dewasa dan melepaskan diri dari peran-peran sebagai anak-anak. Di sinilah titik pangkal yang menyebabkan kita berada dalam kondisi yang sulit. Maka, timbullah kebutuhan kita, misalnya akan identitas diri, individualitas bahkan kebutuhan akan kemandirian. Nah, ketika kebutuhan tersebut muncul dan orang dewasa tidak memahaminya, lagi-lagi inilah yang sering menjadi sumber permasalahan kita dengan orang dewasa atau lingkungan kita.

Kita mungkin pernah mengalami kebingungan ketika menghadapi benturan nilai teman-teman dengan orang tua. Rasanya sudah enggak sabar ingin lepas dari pengaruh orang tua, berusaha mandiri, dan punya keputusan sendiri. Misalnya memutuskan untuk tampil cool dengan ikutan merokok bareng teman-teman lain. Padahal, merokok amat sangat dilarang oleh ortu.

Benturan nilai ini akan sering kita hadapi. Pada contoh yang lebih ringan adalah pemberlakuan jam malam. Kita mungkin harus sudah sampai rumah paling telat pukul sepuluh. Jadi, selamat tinggal party-party yang baru mulai pukul sepuluh malam. Sementara itu, banyak teman yang orangtuanya membolehkan mereka ikutan party sampai tamat.

"Perang dunia" menahun bakal terjadi, dan bukan enggak mungkin bakal kronis, jika kita bukan tipe anak yang punya hubungan hangat dengan orangtua. Hubungan itu malah akan membangun semangat saling mau mengerti antara kita dan ortu. Iyalah, ortu mana sih yang rela melepas anaknya pulang malam untuk datang ke acara (yang menurut mereka) enggak juntrung? Sebaliknya, anak mana sih yang enggak ngomel berat dilarang datang ke party paling cool sedunia sama ortunya?

Hubungan yang hangat dalam keluarga membuat kita mau menerangkan perasaan kita. Dan, ortu pun akan rela hati mendengarkan kita, juga mau menjelaskan alasan pelarangan itu dalam bahasa yang nyantai. Seringnya membuat kesepakatan antara kita dengan ortu, akan sangat membantu perkembangan diri kita. Termasuk perkembangan kehidupan sosial kita

Perkembangan emosi

Bentuk atau jenis emosi pada manusia itu ternyata banyak, misalnya; takut, khawatir, cemas, marah, sebal, frustrasi, cemburu, iri hati, ingin tahu, sayang, cinta benci dukacita, bahagia, dan masih banyak lagi. Lalu apa hubungannya dengan kita? Ternyata jenis atau bentuk emosi yang disebut tadi memiliki ciri-ciri perkembangan yang berbeda-beda dalam setiap tahapan perkembangan manusia. Dalam tahap remaja seperti kita sekarang ini ciri-ciri perkembangan emosi kita sebagai berikut:

• Lebih mudah bergejolak dan biasanya diekspresikan dengan meledak-ledak.

• Kondisi emosional yang muncul tadi berlangsung lama, sampai akhirnya kembali dalam keadaan semula.

• Emosi yang muncul sudah bervariasi, bahkan kadang bercampur-baur antara dua emosi yang (sebenarnya) bertentangan. Misalnya, benci dan sayang dalam satu waktu.

• Mulai muncul ketertarikan dengan lawan jenis yang melibatkan emosi (sayang, cemburu, dan sebagainya).

• Mudah tersinggung dan merasa malu, karena umumnya sangat peka terhadap cara orang lain memandang kita. Tapi ini juga sangat tergantung dari perkembangan konsep diri kita.

Lalu bagaimana sebaiknya kita menghadapinya? Agar semuanya terjadi secara wajar, kita perlu upaya pengendalian emosi ataupun juga menghindari beban emosi. Caranya:

• Kita harus belajar menghadapi segala situasi itu dengan sikap yang rasional.

• Kita juga harus menghindari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat membangkitkan emosional. Kalau mengalami sesuatu yang bikin marah atau sedih, jangan kebawa emosi dulu.

• Memberikan respons terhadap situasi dengan pikiran maupun emosi yang tidak berlebih-lebihan, proporsional sesuai dengan keadaannya, dengan cara yang bisa diterima lingkungan sosial kita.

• Mengemukakan emosi positif kita (senang, bahagia, sayang) dan juga yang negatif (sebal, sedih, marah) secara benar dan proporsional.

Perkembangan konsep diri

Konsep diri ini berkenan dengan perasaan dan pemikiran kita mengenai diri kita sendiri, karena atas penilaian sendiri maupun penilaian dari lingkungan sosial kita. Misalnya kalau kita enggak puas terhadap kondisi fisik, maka konsep diri menjadi buruk. Hal ini membuat kita merasa rendah diri. Begitu pula sebaliknya, konsep diri positif bila kita menilai fisik kita menarik dan sesuai dengan yang diinginkan. Kalau kita dinilai oleh orang lain, misalnya sebagai remaja yang bisa gaul, pandai dan hal-hal yang positif lainnya, maka semangat positif itu dapat meningkatkan konsep diri dan ke-PD-an kita.

Salah satu ciri dari perkembangan konsep diri kita sebagai remaja ialah cenderung negatif antara lain karena berkembangnya fisik yang cukup drastis, kadang juga kurang proporsional (badan memanjang tapi kurus, bulat gemuk, dan sebagainya), merasa selalu diperhatikan orang lain atau menjadi pusat perhatian orang lain, memiliki aspirasi yang tinggi tentang segala hal.

Perkembangan kognitif

Dalam perkembangan ini perilaku yang muncul, misalnya kritis (segala sesuatu harus rasional dan jelas), rasa ingin tahu yang kuat (perkembangan intelektual kita merangsang untuk harus mengetahui segala sesuatu, dalam tahap ini muncul keinginan untuk bereksplorasi) dan egosentris (segala sesuatu masih dilihat dari sudut pandangannya).

Jadi, enggak usah terkaget-kaget dengan komentar orang dewasa terhadap diri kita, ya. Malah kalau perlu, beri mereka penjelasan bahwa beginilah perkembangan remaja. Bisa jadi, kita bakal terlihat lebih dewasa dibanding para orang dewasa itu.

sumber :

http://www.google.com

oleh YAHYA MA’SHUM DAN CHATARINA WAHYURINI (sumber: Modul PKBI)